Thursday, May 15, 2008

BAPTISAN ROH & KARUNIA KARISMATIK



Session II Suatu Teologi dari Pencurahan Roh-Baptisan Roh Kudus


I. Peranan Inti dari Baptisan Roh

A. Inti dari Pembaharuan Karismatik adalah pengalaman doa yang umumnya disebut sebagai Baptisan Roh.

1. Baptisan Roh disebutkan di dalam Kitab Suci dan sepanjang sejarah gereja. Perwujudannya di dalam Pembaharuan Karismatik memberi kepada Pembaharuan ikatan sejarah dan rohani kepada karya Roh dalam Gereja.
2. Pengalaman masa kini dari Pencurahan Roh seyogyanya dilihat dalam terang perwujudan-perwujudan sebelumnya untuk memberikan suatu pemahaman objektiv mengenai maksud tujuannya di dalam misi Gereja.
3. Serentak dengan itu perwujudan modern ini harus dinilai menurut pemikiran-pemikiran teologis yang mutakhir dan pengalaman masa kini.

B. Para pemimpin pastoral perlu mempunyai suatu pemahaman yang berbobot mengenai Baptisan Roh.

1. Sebagai penghayatan pokoknya, Pencurahan Roh merupakan sarana utama untuk melaksanakan cita-cita Pembaharuan. Tanpa perwujudannya yang otentik, Pembaharuan tetap tidak efektiv.
2. Dengan demikian supaya secara otentik Karismatik, maka Baptisan Roh seharusnya memegang suatu peranan kunci di dalam doa-doa, pengajaran-pengajaran, dan spiritualitas persekutuan doa.
3. Supaya hal ini berhasil, para pemimpin perlu memahami Baptisan Roh dengan cukup baik untuk dapat menyampaikannya secara tepat kepada orang-orang lain.

II. Dasar Kitab Suci dari Baptisan Roh (Pencurahan Roh)

A. Istilah dibaptis dengan Roh Kudus digunakan beberapa kali di dalam Perjanjian Baru.

1. Dalam Mat 3:11, Mrk 1:8, Luk 3:16, dan Yoh 1:33. Istilah itu dipakai untuk membedakan Baptisan Yohanes dan Baptisan Yesus.
a. Baptisan Yohanes merupakan suatu ungkapan lahiriah dari niat seseorang untuk menempuh suatu kehidupan Illahi. Di dalamnya dan daripadanya tidak ada kekuatan untuk mengubah orangnya. (Mat 3:7-9, Kis 19:2-4).
b. Baptisan Yesus - Baptisan dalam Roh - sangat berbeda dengan Baptisan Yohanes karena hal itu bukan sekedar tanda lahiriah dan pertobatan tetapi suatu Baptisan dengan kuasa.
i. Ada ciri "Api" yang melambangkan kuasa dan dampak daripadanya.
ii. Ini sesungguhnya merupakan penggenapan Baptisan Yohanes yang memungkinkan orang mengalami perubahan hasil pertobatan yang dilambangkan dengan air.
2. Di dalam Kis 1:4-8, Yesus menunjuk kepada Baptisan Yohanes tetapi memerintahkan Para Murid menantikan "Janji Bapa" yaitu Baptisan dengan Roh Kudus yang memberikan mereka kuasa.
a. Janji Yesus dan kuasa yang menyertai-Nya akan menjadi apa yang memungkinkan Para Murid melaksanakan tugas mereka untuk bersaksi "sampai ke ujung Bumi".
b Gereja Apostolik memandang Janji Yesus ini sebagai penggenapan karyanya, sarana untuk melanjutkan karya-Nya kepada Tubuh-Nya (Gereja).
3. Ada ayat-ayat Kitab Suci lainnya yang memberikan gambaran peristiwa-peristiwa tentang pengalaman Baptisan Roh meskipun tidak dengan nyata menggunakan istilah ini.
a. Dalam Kis 2:1-4 peristiwa Pentakosta mengisahkan bagaimana Para Rasul dan Murid pertama kali mengalami Api dan Kuasa dari Roh.
b. Kis 10:44-48 mengisahkan peristiwa kunjungan Petrus ke rumah Kornelius di mana orang-orang kafir pertama kali menerima Pencurahan Roh sebelum mereka dibaptis.
c. Dalam Kis 19:1-7 Paulus menjumpai orang-orang yang percaya di Efesus yang telah mengalami Baptisan Yohanes tetapi belum pernah mendengar tentang Roh Kudus. Atas petunjuk Paulus, orang-orang itu dibaptis dan menerima Pencurahan Roh Kudus.

B. Dengan mempelajari ayat-ayat itu dapat kita simpulkan fakta-fakta penting tertentu tentang pengalaman Gereja Perdana mengenai Baptisan Roh Kudus.
(bandingkan Charism and Charismatic Renewal oleh Francis A. Sullivan SJ, halaman 64-70)

1. Baptisan Roh dipahami oleh Gereja Perdana sebagai tidak tergantung -meskipun berkaitan- dengan Baptis Sakramental.
a. Ia dialami sewaktu-waktu sebelum Baptisan Sakramental (seperti waktu Kornelius), kadang-kadang dalam kaitan dengan Sakramen (seperti di Efesus), dan dalam beberapa peristiwa sesudah Sakramen diterima (seperti pada diri Para Rasul waktu Pentakosta). Lihat Kis 8:14-16.
b. Pengalaman Baptisan Roh tidak menggantikan maupun melebihi Sakramen Baptis. Sakramen itu dipandang sebagai tak terpisahkan dari kehidupan Kristen yang normal. (Sebagaimana dinyatakan oleh kata-kata Petrus di rumah Kornelius dan kegigihan Paulus di Efesus.)
2. Baptisan Roh dipandang sebagai penggenapan yang normal dari "Janji Bapa" (Kis 1:4).
a. Baptisan Sakramental dalam mana Roh diberikan, tidak dipandang sebagai penggenapan yang penuh.
b. Janji Roh termasuk suatu penerimaan akan kuasa (Kis 1:8) yang oleh Gereja Purba dikenal sebagai pengalaman-pengalaman Baptisan Roh.
3. Baptisan Roh kodratnya experiential (dialami)
a. Penerimaan kuasa Roh disertai perwujudan-perwujudan dari kuasa itu, orang-orang mengalami kuasa Roh dan menyadari kuasa Roh yang bekerja.
b. Perwujudan-perwujudan ini tampak bukan hanya oleh mereka yang di-Baptis Roh tetapi juga oleh orang-orang lain (contoh: orang-orang Yerusalem pada peristiwa Pentakosta, Petrus dan kawan-kawannya di rumah Kornelius, Paulus dan kawan-kawan di Efesus)
c. Bagi Paulus, kodrat experiential dari Baptisan Roh merupakan suatu unsur penting yang memberikan suatu batu ujian yang perlu untuk iman orangnya (Gal 3:2-5).

III. Memahami Baptisan Roh (Pencurahan Roh)

A. Kesimpulan-kesimpulan dari Kitab Suci tadi dapat menolong memperjelas pemahaman kita mengenai Baptisan Roh dalam teologi Katolik.

1. Meskipun Kitab suci dan pengalaman Gereja Perdana penting, kita harus melihat kelanjutan pemikiran-pemikiran dan teologi Gereja.
2. Pengalaman kita yang sekarang akan Baptisan Roh dimulai dalam terang sejarah dan teologi yang lampau namun tidak dibatasi oleh hal-hal itu.

B. Baptisan Roh dihubungkan dengan Sakramen Inisiasi (Permandian, Penguatan, Ekaristi).

1. Sakramen-sakramen Inisiasi (permulaan) memberikan kehidupan Allah dalam diri kita, membawa kita ke dalam suatu relasi dengan Allah sebagai anak-anak-Nya dan ke dalam relasi dengan Gereja.
2. Meskipun Baptisan Roh dapat dialami dalam kaitan dengan Sakramen Inisiasi, namun ia juga dapat dialami sendiri.
a. Baptisan Roh tidak menggantikan Baptisan Sakramental. Sakramen-sakramen tetap merupakan bagian tak terpisahkan dari kepenuhan hidup kita sebagai anggota Tubuh Kristus.
b. Bagi banyak orang, Baptisan Roh merupakan suatu peneguhan di pihak orangnya terhadap Sakramen Inisiasi, meliputi suatu ketaatan iman orang dewasa, "bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah" (Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Illahi No.5)
3. Secara teologis Baptisan Roh dapat ditentukan sebagai suatu pencurahan baru Roh Kudus di dalam diri individu, menggerakkan orangnya menuju suatu pembaharuan hidup mereka dan pelayanan bagi Gereja.
a. Roh Kudus bekerja bukan melalui Sakramen-sakramen saja atau pelayanan-pelayanan resmi, tetapi juga melalui sarana-sarana yang lebih spontan, "Karismatis" (bandingkan Konstitusi Dogmatik tentang Gereja No.12 dan Dekrit Kerasulan Awam No.3)
b. "Pencurahan Baru" ini dapat paling baik dipahami sebagai suatu peningkatan pengalaman relasi antara seorang individu dan Allah.
4. Baptisan Roh Kudus itu experiential kodratnya.
a. Orangnya dapat mengenali pencurahan baru dari Roh. Ia menyadari tindakan baru dari Roh Kudus di dalam hidupnya.
b. Kesadaran ini mungkin langsung dialami (seperti melalui perwujudan karunia karismatik) atau secara bertahap (seperti dalam suatu kerinduan baru akan Sakramen-sakramen dan Kitab Suci). Pengalaman-pengalamannya akan bervariasi dengan setiap orang. Kita tidak dapat membatasi Allah.
c. Yang paling sering, Baptisan Roh dialami dalam perwujudan (manifestasi) karunia-karunia Karismatik.
i. Dalam Kitab Suci dan dalam pengalaman modern, berdoa dalam roh paling sering menyertai Baptisan Roh.
ii. Meskipun merupakan pengalaman paling umum, namun berdoa dalam roh bukanlah bukti satu-satunya ataupun mutlak perlu bagi Baptisan Roh.
iii. Aspek-aspek karunia karismatik dan peranannya akan dibicarakan lebih lanjut dalam Session VII.
d. Unsur experiential (mengalami) dari Baptisan Roh sangatlah penting bagi peranannya di dalam tujuan Pembaharuan.
i. Meskipun iman kita tidak melulu bersandar kepada perasaan-perasaan atau pengalaman-pengalaman namun pengalaman-pengalaman pertama akan realitas Roh memberikan suatu peneguhan mendasar kepada iman kita (bandingkan Gal 3:2-5)
ii. Unsur experiential (mengalami) ini memungkinkan orang mengubah imannya dari "pengetahuan otak" menuju "pengetahuan hati", yaitu dari pengetahuan intelektual kepada pengetahuan experiential.
iii. Tanpa unsur experiential, iman dapat tetap menjadi suatu "latihan otak" (intelektual). Sedangkan dengan "mengalami", iman dapat menjadi suatu relasi, mengenal dengan seluruh diri kita.
5. Baptisan Roh menuntun kepada pembaharuan pribadi, pertumbuhan dalam kekudusan dan kedewasaan.
a. Manifestasi dari karunia-karunia karismatik bukanlah merupakan bukti dari keotentikan pengalamannya (Mat 7:21-23).
b. Pencurahan Baru dari Roh tampak otentik bila menghasilkan buah Roh dalam hidup orangnya. Pertobatan dan pertumbuhan sejati tak dapat dipalsukan. Hal itu hanya mungkin melalui pekerjaan Roh Kudus.
6. Baptisan Roh menuntun kepada pengembangan dan penggunaan karisma-karisma demi pembangunan Gereja.
a. Meskipun Baptisan Roh menjadi otentik (dibuktikan) oleh pertumbuhan orangnya dalam buah-buah rohani, namun itu tidak sekedar untuk kesucian pribadi saja.
b. Suatu pengalaman yang otentik akan mendorong orang-orang untuk menemukan, mengembangkan, dan memanfaaatkan karisma-karisma mereka bagi penginjilan, pengudusan, dan pembaharuan tata dunia.

Dikutip dari "Metode Praktis Pengembangan Persekutuan Doa Parokial" oleh Ron Ryan, SCRC Pastoral Administrator.


Session VII Suatu Teologi dari Karunia-Karunia Karismatik


I. Pentingnya Karisma-Karisma

A. Karisma-karisma mempunyai peranan integral (tak terpisahkan) dalam misi Gereja untuk penginjilan, pengudusan, dan pembaharuan tata duniawi.

1. "Karunia-karunia ini menjadikan mereka terampil dan siap untuk menerima berbagai karya atau tugas, yang berguna bagi pembaharuan dan pembangunan lanjut Gereja .... Karisma-karisma ini, baik yang tersebar secara mencolok maupun yang terpencar secara sederhana dan lebih meluas, harus diterima dengan perasaan syukur dan perasaan terhibur karena sangat sesuai dan berguna bagi kebutuhan Gereja." (Konstitusi Dogmatik tentang Gereja No. 12)
a. Dengan Roh Kudus berkarya melalui karisma-karisma maka Gereja diperlengkapi dengan kemampuan adikodrati untuk memenuhi tugas perutusannya.
b. Gereja mengakui karunia-karunia yang biasa dan yang luar biasa itu berguna bagi karya Gereja.
2. Dengan menerima karisma-karisma ini, juga yang sederhana, "muncullah hak dan kewajiban tiap orang beriman untuk memanfaatkannya demi kepentingan manusia dan pengembangan Gereja; di dalam Gereja dan di dalam dunia, dalam kemerdekaan Roh Kudus .... dan serentak dengan persekutuan dengan saudara-saudari di dalam Kristus, terutama dengan para Gembala mereka." (Dekrit Kerasulan Awam No.3)
a. Setiap orang awam mempunyai kewajiban memanfaatkan karismanya.
b. Karisma-karisma itu dipergunakan dalam persekutuan dengan satu sama lainnya dan di bawah wewenang yang sah dari para Gembala untuk menjamin keotentikannya dan efektivitasnya.

B. Penting untuk memahami fungsi karisma-karisma di dalam Gereja, tujuannya dalam membaharui dan membangun Tubuh Kristus.

1. Karisma-karisma menumbuhkan kesatuan dalam Gereja.
a. Keempat kutipan pokok tentang karisma-karisma dalam Perjanjian Baru, masing-masing menekankan peranan yang diambil karunia-karunia dalam mempersatukan Gereja.
i. Kisah Pentakosta dalam Kis 2 dalam beberapa hal merupakan kebalikan dari peristiwa Menara Babel. Bila dalam Kej 11, Allah mengacaukan bahasa manusia dan mencerai-beraikan mereka. Pada Pentakosta para Rasul dimengerti oleh orang-orang dari segala bangsa, mempersatukan mereka menjadi Satu Tubuh.
ii. Dalam Rom 12:4-8, 1Kor 12:12-30, Ef 4:1-6 Paulus memakai analogi (kiasan) fungsi dari berbagai anggota tubuh manusia untuk menekankan bagaimana karisma-karisma berperan untuk menyatukan Gereja.
b. Melalui keanekaragaman dari karunia-karunia, Gereja dipersatukan.
i. Tak seorang pun dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Kebutuhan-kebutuhan seseorang dipenuhi oleh karunia orang lain.
ii. Kodrat dan penggunaan dari karunia yaitu melayani dan menyatukan Tubuh Kristus.
2. Karisma-karisma melengkapi Gereja, menjadikannya mampu bersaksi akan kenyataan adikodrati, kehadiran Kristus yang bangkit dalam Gereja.
a. Karisma-karisma merupakan penyataan Roh, "membuat tampak" kehadiran dan kuasa Allah.
i. Dalam 1Kor 14:23-25 Paulus berkata bahwa dampak dari karunia-karunia terhadap orang yang tak beriman haruslah menyebabkan mereka mengucapkan "Allah sungguh-sungguh ada di tengah-tengah kamu!".
ii. Penggunaan yang otentik dari karisma-karisma menjadikan nyata suatu Kuasa (Kekuatan) yang melampaui kemampuan manusia.
b. Kuasa dan karisma-karisma melaksanakan apa yang tak dapat dilakukan dengan sekedar usaha kita sendiri, mengubah Gereja dari sekedar suatu organisasi manusia menjadi Tubuh Kristus yang mampu melakukan segala sesuatu yang Dia telah lakukan.

II. Dasar Kitab Suci dari Karisma-Karisma

A. Seperti Dokumen-dokumen Vatikan II menyatakan bahwa serentak ada karunia-karunia "yang sangat mencolok dan yang lebih sederhana", demikian juga Paulus mengajarkan bahawa "ada berbagai karunia". (1Kor 12:4)

1. Paulus menyebut daftar berbagai karunia dalam beberapa kutipan.
a. Dalam Rom 12:4-8 ia memasukkan: bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, membagi-bagi derma, memberi pimpinan, dan menunjukkan kemurahan.
b. Dalam 1Kor 12:8-10 ia menyebut daftar: berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, iman, menyembuhkan, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh, berkata-kata dengan bahasa roh, dan menafsirkan bahasa roh.
c. Dalam Ef 4:11 ia menggambarkan kedudukan rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, dan pengajar sebagai karunia-karunia Roh.
2. Itu semua tidak diartikan telah meliputi seluruh daftar karunia-karunia. Paulus tidak bermaksud menyatakan bahwa hal-hal itu merupakan satu-satunya cara di mana Roh bekerja. Daftar itu dimaksudkan untuk memperlihatkan berbagai cara di mana Roh bergerak dalam Gereja.
3 Serentak dengan itu Paulus bermaksud mengatakan bahwa karunia-karunia itu merupakan pengalaman yang normal dari Gereja Perdana dan bahwa ia mengannggapnya bagian tak terpisahkan dari berfungsinya Gereja.
a. Paulus menasihati para pembacanya untuk berusaha memperoleh karunia-karunia (1Kor 14:1) dan jangan menolak dan melarangnya (1Kor 14:39).
b. Pengajaran Paulus yang panjang lebar mengenai penggunaan karunia-karunia dalam 1Kor 12:13-14 memperlihatkan betapa ia menganggapnya penting.

B. Pengajaran Paulus kepada umat Korintus dapat membantu kita lebih memahami pentingnya karunia-karunia karismatik, peranan dan penggunaannya.

1. Perlu dimengerti bahwa pengajaran itu ditujukan kepada suatu gereja lokal yang sudah mengenal dan sudah berfungsi dalam karunia-karunia ini.
a. Itu bukan dimaksudkan sebagai pelajaran pendahuluan tetapi ditulis untuk mengoreksi kekeliruan-kekeliruan tertentu (bandingkan 1Kor 12:1)
b. Kita tak dapat memandang kutipan itu sebagai suatu pengajaran tetapi kita perlu menafsirkan sesuai dengan tujuan si penulis (bandingkan Doktrin tentang Wahyu Illahi No.12)
2. Paulus menggunakan empat kata Yunani yang berbeda dalam membicarakan karisma-karisma. (lihat 1Kor 12)
a. Dalam ayat 1, ia memakai istilah "pneumatik", yang biasanya disebut "karunia-karunia Roh" dan dipakai dalam arti umum.
b. Dalam ayat 4, ia memakai istilah "charismata", diterjemahkan sebagai "karunia rahmat" yang ia hubungkan dengan Roh.
c. Dalam ayat 5, ia memakai istilah "diakonai", diterjemahkan sebagai "karunia pelayanan" yang ia hubungkan dengan Tuhan.
d. Dalam ayat 6, ia memakai istilah "energemata", diterjemahkan "karunia perbuatan ajaib" yang ia hubungkan dengan Allah Bapa.
3. Berbagai istilah ini dimaksudkan untuk memperlihatkan keanekaragaman karunia-karunia dan kesatuan dari tujuannya.
a. kalau orang-orang Korintus berlebihan menekankan pentingnya suatu karunia bahasa roh sedang karunia lain kurang dipedulikan, maka Paulus menegaskan bahwa karunia-karunia itu meskipun berbeda-beda namun vital (penting).
b. Karunia-karunia itu berbeda tujuannya.
i. Karunia-karunia rahmat melayani kodrat rohaniah.
ii. Karunia-karunia pelayanan melayani akal budi.
iii. Karunia-karunia perbuatan ajaib menampakkan kuasa Allah dalam alam badaniah.
c. Meskipun tujuan berbeda namun karunia-karunia itu bersatu sama seperti Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus bersatu dalam Tritunggal.
4. Dalam membuat daftar sembilan karunia karismatik, Paulus memberikan tiga contoh karunia untuk setiap istilah. Meskipun bukan dimaksudkan untuk menjadi "kategori" namun mereka membantu kita untuk lebih memahami karunia-karunia.
a. Karunia-karunia rahmat kadang-kadang disebut karunia Sabda. Melalui mereka Roh menyampaikan pesan Allah kepada Gereja.
i. Nubuat, Allah berbicara melalui seseorang, suatu pesan dalam bahasa sehari-hari kepada seseorang atau jemaat.
ii. Bahasa Roh, suatu pesan dari Allah yang diucapkan dalam bahasa roh yang ahrus ditafsirkan. (1Kor 14:27-28)
iii. Penafsiran, kemampuan untuk menafsirkan ke dalam bahasa sehari-hari suatu pesan yang diberikan dalam bahasa roh.
b. Karunia Pelayanan ( juga diistilahkan dengan karunia akal budi), karunia-karunia ini memberikan Gereja kemampuan untuk mengungkapkan dan memahami berbagai aspek dari Kodrat Allah dan/atau merencanakan dalam suatu cara yang membawa hasil-hasil efektiv.
i. Hikmat/kebijaksanaan, biasanya digambarkan sebagai kemampuan untuk memberikan pengajaran efektiv yang membuka hati pendengarnya terhadap hikmat Allah.
ii. Pengetahuan, biasanya digambarkan sebagai kemampuan untuk mengetahui bagaimana Allah sedang bekerja di dalam diri seseorang atau jemaat pada suatu waktu tertentu dan dipakai untuk membuka diri mereka agar bekerja sama dengan Roh.
iii. Pembedaan, kemampuan untuk mengetahui apakah suatu karisma atau ilham bersumberkan Roh Kudus, roh manusia, atau Setan.
c. Karunia-karunia perbuatan ajaib (juga disebut sebagai karunia-karunia tanda), karunia-karunia ini memungkinkan Gereja melayani sebagai alat Allah dalam perwujudan-perwujudan Kuasa-Nya.
i. Iman, kemampuan mengetahui dengan pasti kehendak Allah bagi suatu situasi tertentu.
ii. Mujizat, suatu perwujudan nyata di mana Allah turut campur tangan dalam rangkaian peristiwa-peristiwa dan/atauhukum alam untuk memperlihatkan Kuasa-Nya.
iii. Penyembuhan, tambahan.

C. Dalam pengajarannya Paulus menegaskan pentingnya penyebaran karunia-karunia.

1. Dalam ayat 7 ia menyatakan bahwa setiap anggota Tubuh diberikan suatu pelayanan Roh untuk kepentingan bersama.
a. Paulus mengulangi hal ini dalam Ef 4:17.
b. Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II menekankan penyebaran universal karunia-karunia dalam Konstitusi Dogmatik tentang Gereja No.12 dan dalam Dokumen Kerasulan Awam No.2
2. Paulus menekankan saling ketergantungan karunia-karunia ini.
a. Dalam ayat 21 ia berkata: "mata tak dapat berkata kepada tangan 'Aku tidak membutuhkan engkau.' "
b. Dalam Ef 4:12 ia berkata "Orang-orang kudus bersama-sama diikat menjadi satu dalam pekerjaan pelayanan bagi pembangunan Tubuh Kristus."
3. Paulus mengajarkan bahwa tak seorang anggota pun bisa melengkapi dirinya sendiri. Tak seorang pun menerima semua karunia.
a. "Adakah mereka semua rasul atau nabi atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat semua karunia untuk mengadakan mujizat atau untuk menyembuhkan atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh atau untuk menafsirkan bahasa roh?" (ayat 29-30)
b. Juga tak ada satu karunia pun yang umum untuk semua anggota Tubuh Kristus.


Dikutip dari "Metode Praktis Pengembangan Persekutuan Doa Parokial" oleh Ron Ryan, SCRC Pastoral Administrator.

No comments: